Jumat, 24 Juli 2015

Bertemu Max Weber Ketika Mudik

Ketika mudik 2015 di rumah mertua di Pringsari Kabupaten Semarang, saya bertemu dengan Max Weber, eh maksud saya pengikuti Max Weber. Sesuai dengan bukunya: The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (1958). Orang itu bernama Mujiono, yaitu orang desa yang sudah bertindakan rasional, teguh beragama Islam (ganti dari Prostestan), dan usaha mengejar keuntungan secara nalar (kapitalisme).

Kalau Soekarno menemukan Marhaen di Bandung yang kemudian terkenal dengan Marhaenisme, yaitu seorang petani yang berdikari dengan karyanya sendiri. Di Pringsari saya menemukan Mujinono, yang mungkin nanti bisa menjadi Mujionoisme, yaitu mengikuti tesis MaxWeber: seorang muslim yang teguh (aslinya agama protestan/Calvin), hemat (pangkal kaya), dan seorang petani sekaligus usahawan yang gigih.


Dalam beragama, Mujiono teguh dan menjadi santri tulen, meski dia tidak lulus sekolah dasar, dan hanya ngaji Sullam Safinah kepada mertua saya, tetapi selalu bersikap kritis, rajin dalam bekerja, dan hemat (mungkin agak pelit) dalam mengelola hartanya. Perkataannya yang spektakuler bagi saya, yaitu: “Kalau bulan Ramadhan biasanya orang membelanjakan uangnya untuk keperluan rumah tangga agak berlebih, tetapi saya (sekelurga) justru berkurang.”

Ayah dua putri yang sudah nikah semua ini, kini hidup sejahtera, dengan tiga rumah, satu mobil, satu sepeda motor, satu toko klontong, dan beberapa petak sawah dan kebun. Namun ini hebatnya, zakatnya tidak lupa. Dia zakat mal untuk penghasilannya, hasil sawahnya, dan perhiasannya. Dan kabarnya, sedang menunggu giliran haji dari pemerintah.

Apakah Anda ingin langsung meniru Mujiono, atau membaca buku Max Weber dulu? Monggo. Silahkan (Saiful Bahri)

0 komentar:

Posting Komentar