Sabtu, 01 Agustus 2015

Tren Ilmu Geografi: Mengungkap Fakta dan Realita

Setiap orang bebas mendefinisikan peta sesuai dengan disiplin ilmu yang ia miliki. Tapi yang perlu diperhatikan oleh bagi sivitas akademika geografi adalah geografi itu selalu kontinum datanya. Alam ini geografi. Peta menjadikan data kontinum menjadi data diskret dengan adanya pengkategorian, pengkelasan. Kita bisa melihat pada peta Indonesia, disitu ada daratan – lautan, ada lembah juga ada gunung. Semua informasinya menjadi diskret. Padahal alam ini kontinum yang diskret justru manusianya walaupun nanti juga ada kalanya kontinum. Tantangan bagi orang yang pernah belajar geografi adalah bagaimana memaknai peta menjadi bersifat kontinum bukan hanya melihat peta hanya sebuah dokumen kertas belaka dengan karya seni di dalamnya.  Namun, hal tersebut memerlukan jam terbang yang tinggi untuk mencapai pada level tersebut.

GIS yang banyak dipelajari di kita kebanyakan baru Information System nya karena mudah mendatangkan uang dan lapangan pekerjaan. Tetapi karena banyak yang mempelajari dan mendalaminya meskipun bukan berasal dari disiplin ilmu geografi, saat ini nilainya semakin murah, yang mahal justru sekarang adalah Geography nya dan ini ahlinya masih belum banyak. Tren geografi dalam dunia humanitarian saat ini adalah penggunaan teknologi geopasial yang dikenal geospatial humanitarism.


Saat ini, tren yang berkembang di masyarakat adalah masyarakat ingin menunjukkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama dalam berbagai peristiwa kemanusiaan. Seperti terjadinya suatu bencana, maka ambulan yang datang justru bukan dari rumah sakit tetapi dari LSM, Partai dan komunitas lainnya. Contoh lain tren yang terjadi saat ini adalah Location Based Social Media (Big Data). Dengan menggunakan media sosial seperti twitter, facebook, dll, masyarakat dengan mudah berbagi informasi dengan adanya fasilitas geotagging/geolokasi yang manfaatnya ketika terjadi bencana adalah untuk memudahkan evakuasi dan informasi lokasi. Disini semangatnya adalah humanitarian dan teknologinya hanya sebagai label.

Contoh di atas muncul bukan dari orang geografi tetapi sudah interdisiplin. Ini merupakan tantangan untuk geografi. Peran geografi sangat penting disini, jika kita tidak ikut mengkontribusikan ilmunya maka bisa terjadi salah informasi. Contoh sederhananya adalah ketika terjadi suatu banjir. Wilayah yang terdampak justru bukan dari postingan twitter atau media sosial terbanyak. Ini Kenapa….? Tantangan bagi geografi untuk dapat menganalisisnya, namun dalam menganalisisnya tetap dengan menggunakan cara pandang geografi yang menjadi ciri khasnya, yaitu  spatial analysis, ecological analysis dan regional complex analysis. Meminjam pernyataan the Founding Father Geografi Indonesia I Made Sandy:
a. Geografi tidak percaya pada solusi tanpa fakta dalam penyelesaian masalah
b. Geografi tidak bicara pada ruang yang abstrak tetapi ruang muka bumi yang nyata.

Contoh fenomena lagi yang tak kalah menariknya dan yang sangat hits dan sangat inovatif saat ini adalah GOJEK, GO FOOD, UBER, dan teman-temannya. Aplikasi yang digunakan bisa merekam jejak mulai dari pemesanan hingga posisi realnya dengan tracking yang cukup akurat. Sebagai seorang geograf jika data yang direcord bisa diakses, pertanyaan apa yang bisa dijawab dari fenomena tersebut….?Ini yang perlu kita challenge.
   
"SINGKATNYA SAAT INI SEOLAH YANG MENYETIR SKEMA FENOMENA TERSEBUT ADALAH ORANG IT BUKAN DARI GEOGRAFI. GEOGRAFI TIDAK EKSIS PADA KONDISI SEPERTI DEMIKIAN"

Uraian tadi, saya coba sarikan dari pertemuan diskusi internal yang difasilitasi oleh Pusat Penelitian Geografi Terapan – Departemen Geografi UI dengan Para alumni yang konsen terhadap perkembangan ilmu geografi pada tanggal 10 Juli 2015. Hadir dalam acara tersebut Dr. Asep Karsidi (Mantan Ketua BIG), Dr. Idwan Suhardi, Dr. Rudy Tambunan, Dr. Triarko Nurlambang (Ketua Puslit Pranata Pembangunan UI), Dr. Djoko Harmantyo (Ketua Departemen Geografi), Hafid Setiadi, Dr. Nuzul Achyar, Ibu Widyawati dan rekan –rekan pengajar, asisten dan sivitas akademika geografi UI (Satria Indratmoko)

0 komentar:

Posting Komentar