Rabu, 27 Juli 2016

Artikel Ilmiah Populer Tentang SPBU dan RTH


Salah satu impian saya adalah menuliskan hal yang cukup rumit menjadi suatu hal yang sederhana. Misalnya non fiksi semacam skripsi atau jurnal menjadi suatu tulisan artikel sederhana semacam pop-science (artikel ilmiah populer) atau meramunya menjadi tulisan fiksi yang membuat masyarakat umum bisa memahaminya dengan mudah, layaknya membaca dongeng. Mengutip tutur kata Einstein “Jika kamu tidak bisa menjelaskan secara sederhana, maka kamu belum mengerti sepenuhnya”. Akhirnya, saya coba-coba dari skripsi saya sendiri, dan berikut inilah hasilnya. Selamat menikmati membaca~! (L)
Kritik dan sarannya sangat membantu 
======================================================================================
Dua SPBU Tidak Sesuai Dialihfungsikan Menjadi RTH-Taman
Oleh: Lady H.R.K.

Siapa yang tidak tahu Ruang Terbuka Hijau (RTH)? Semakin berkurangnya RTH menjadi masalah ekologis utama di seluruh kota Indonesia. 
Berdasarkan informasi dari Koordinator Kampanye dan Advokasi dari  Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Nurhayati (5/10 dalam VOAIndonesia) dikatakan bahwa secara umum, RTH di kota-kota besar itu memang sangat kurang, karena kebanyakan kota-kota yang ada di Indonesia ini direncanakan tanpa memperhatikan  aspek-aspek lingkungan.
Di Jakarta, pembangunan SPBU setiap tahunnya terus terjadi. Artinya perubahan penggunaan tanah pun kian bertambah. Salah satunya pembangunan SPBU.
Pembangunan SPBU dengan memanfaatkan lahan RTH kian meningkat drastis setelah keluarnya Nota Dinas Gubernur DKI Jaya (DKI Jakarta) pada era 1970-an. Nota dinas tersebut menghimbau untuk siapa yang mau membangun SPBU di Jakarta akan dipinjamkan tanah dari sebagian lokasi RTH berupa taman. Alhasil, dari 23 unit tahun 1970, SPBU kian melonjak menjadi 210 unit tahun 2012. 
Untungnya, fenomena alih fungsi SPBU menjadi taman kian diperhatikan oleh pemerintah. Melalui dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur 728 tahun 2009, sebanyak 27 SPBU dialihfungsikan menjadi RTH berupa taman. Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa geografi Universitas Indonesia, Kautsar (2014), pada tahun 2014 hanya 5 SPBU yang belum terealisasi. SPBU tersebut yakni SPBU Jalan Sumenep (34-10302), Tanah Abang (31-10302), Pakubuwono Barat (34-12112), Pakubuwono Timur (31-12103) dan Lapangan Ros (34-12803).
Hasil riset skripsi “Pengembalian Status SPBU-Taman menjadi Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta” oleh Kautsar (2014), disebutkan bahwa hanya tiga SPBU yang sesuai menjadi taman, yaitu SPBU Sumenep, SPBU Tanah Abang, dan SPBU Lapangan Ros. Sedangkan sisanya, SPBU Pakubuwono Barat dan SPBU Pakubuwono Timur tidak sesuai beralihfungsi menjadi taman. 
Penelitian ini menggunakan pendekatan situs dan situasi, yang mana terdiri dari 5 variabel situs berupa rawan banjir, luas tanah SPBU, status tanah, dan 5 variabel situasi berupa ruang publik lain, ketersediaan SPBU lain, pelayanan SPBU, segmen jalan dan proporsi ruang terbangun. Situs adalah lahan RTH-SPBU dan faktor-faktor lokasi pada lahan tersebut. Situasi adalah keadaan yang ditinjau dari sekitar lahan RTH-SPBU. RTH-SPBU artinya lahan untuk peruntukan SPBU atau RTH. Metode yang dipergunakan ialah metode AHP dan rangking.
Melalui pengisian kuisioner oleh 6 pakar, dibobotkan variabel untuk perhitungan AHP. Kemudian untuk rangking, data didapatkan dari wawancara 6 responden di masing-masing 5 SPBU, observasi dari survey lapang. Kedua metode tersebut kemudian dikombinasikan dan menghasilkan bobot dari tinggi ke rendah. Hasil penelitian kemudian dijabarkan secara kuantitatif dan kualitatif.
Diharapkan sebelum melakukan realisasi SPBU menjadi taman, pemerintah melakukan penelitian terdahulu terkait kebutuhan SPBU.

Senin, 04 Juli 2016

"Ada gula, ada semut" di Kota Ternate...

Tiba di Bandar Udara Sultan Babullah pagi hari membuat saya takjub dengan indahnya pemandangan Gunung Gamalama yang puncaknya dibayangi awan-awan. Udara segar dan kencangnya angin sedikit membuka nafas baru bagi kami warga Jakarta, yang biasa dengan keramaian. Kota ini merupakan salah satu kota yang membuat saya penasaran, mengapa pulau sekecil ini begitu ramai dan terkenal? bagaimana mereka bertahan hidup dan terus berkembang? Disini, dengan singkat saya ingin berbagi pengalaman selama 5 hari di Kota Ternate, Maluku Utara.

Pada tahun 1999, Maluku Utara resmi menjadi Provinsi, dimana sebelumnya merupakan Kabupaten Maluku Utara dan Halmahera Tengah. Pada tahun tersebut, Ternate menjadi Ibukota Provinsi Maluku Utara, sampai akhirnya pada tahun 2010 ibukota provinsi dipindahkan ke Kota Sofifi. Kota Sofifi sendiri terletak di Pulau Halmahera, butuh menyebrang laut sekitar 30 - 40 menit untuk mencapai Sofifi dari Ternate.

Kota Ternate
Ternate bila dilihat dari pesawat ataupun dengan satelit imagery, seperti sebuah pulau berbentuk lingkaran dimana tengahnya adalah Gunung Gamalama dengan ketinggian sekitar 1.715 mdpl. Kawasan permukiman dan lahan terbangun lainnya berkumpul di bagian timur dan selatan. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Maluku Utara, Ternate memiliki kepadatan penduduk paling tinggi. Dari catatan BPS, tahun 2014 jumlah penduduk di Ternate 207,789 jiwa atau terbanyak kedua setelah Halmahera Selatan 215,719 jiwa, namun luas Ternate hanya 111,39 Km2 atau paling kecil diantara kabupaten/kota lainnya, sedangkan Halmahera Tengah 8.148,90 km2. 

Gambar: Pulau Ternate, sumber: Google Imagery
Saya kira, Ternate ramai karena ada pusat-pusat industri, ternyata disana tidak ada industri, sekalipun ada, itupun jarang dan itupun yang skalanya kecil. Tidak ada sawah, dan selama 5 hari disana, saya tidak melihat adanya tambak. Oleh karena itu jangan heran bila harga barang, jasa dan makanan begitu mahal. Pernah saya berbuka puasa dipinggir laut dengan satu ikan kerapu dan satu ikan kakap dimakan bersama tiga orang, sekaligus dengan es kelapa agar nikmat. Harga totalnya 270 ribu rupiah.

Sewa mobil rata-rata disini juga cukup mahal, 550 ribu hanya mobil dan supir, belum dengan bensin. Oleh karena itu jangan harap mendapatkan penginapan yang bagus dengan harga 500 ribu kebawah. Yasudah kita lupakan mahalnya harga disini. Ada hal yang menarik saat bulan puasa disini, jam 2 siang dipinggir-pinggir jalan sudah banyak yang jual takjil atau makanan ringan untuk berbuka puasa, padahal waktu berbuka puasa jam 6.30. Saya sendiri tergoda untuk mencicipi takjil, saya beli 2 risol, 2 gorengan, 1 kolak pisang dan 1 kolak pisang. Paling tidak saya akan mengeluarkan uang sekitar 25 ribu untuk takjil kali ini, namun dugaan saya salah, total takjil itu ternyata 37 ribu. Woooowww…. Mahaaallll….

Baiklah, tidak usah pikirkan mahalnya, lalu ketika saya dan teman memakan takjil tersebut, rasanya sungguh tidak biasa dilidah kami… sediiih…. Kolaknya hanya sekedar dicicipi. Rasanya seperti banyak kunyit atau mungkin pala. Makanan-makanan di sini, bukan tidak enak, hanya saja selera orang disini berbeda dengan kami yang terbiasa dengan masakan di Pulau Jawa.

Bagi yang suka dengan sejarah, ternate bisa dijadikan objek wisata yang cukup menarik, karena disini merupakan kesultanan, dimana dulu pernah diduduki portugis untuk mendapatkan rempah-rempah. Peninggalan itu dapat kita lihat di rumah-rumah keraton dan benteng-benteng tepi laut. Wisata alamnya ada tempat snorkeling, ada danau, dan batu-batu bekas letusan gunung. Dan yang paling terkenal ada landskap menggambarkan Pulau Tidore seperti gambar di uang seribu rupiah. 
Foto: Pulau Tidore seperti di gambar uang kertas seribu rupiah
“Walau harga-harga cukup tinggi, untuk mendapatkan uang disini juga mudah…” Pak Tam. Kata supir saya seperti itu, bahkan disini hampir tidak ada pengemis, disni juga jarang terjadi kejahatan, bahkan disini bisa jadi tidak ada pengangguran. Pak Tam sendiri, bila tidak menjadi supir, sehari-hari beliau bekerja menjadi supir ojek, menjadi supir ojek saja sehari minimal mendapatkan 100 ribu rupiah.

Jadi jangan heran, walau biaya hidup tinggi di Ternate, untuk mendapatkan uangpun tidak sulit. Anggap saja apa yang dikatakan Pak Tam itu benar, walau butuh penelitian lebih mendalam untuk membuktikannya. Seperti halnya “ada gula ada semut”, tidak heran ada banyak uang maka ada banyak orang.

Kota Ternate pernah 11 tahun menjadi ibukota provinsi, walau tidak ada industri disana, namun tentu selama 11 tahun itu Ternate telah melakukan pembangunan infrastruktur yang lebih baik dibanding wilayah lain di Maluku Utara. Pelayanan umum, kesehatan, sekolah dan pasar yang merupakan kebutuhan utama masyarakat telah terbangun lengkap di Kota itu. Apalagi, untuk mengelilingi Pulau Ternate hanya butuh satu jam, artinya untuk melakukan tranportasi di dalam kota sangatlah cepat. Dari rumah ke kantor mungkin rata-rata hanya butuh 15 - 30 menit.

Dari segi ekonomi, tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Ternate sebesar 6,10 % atau masih diatas pertumbuhan nasional. Sektor tertinggi yaitu pengadaan listrik dan gas, konstruksi, dan jasa keuangan. Sedangkan pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor dengan pertumbuhan ekonomi paling kecil. Barang dan bahan makanan kebanyakan berasal dari Surabaya, yang dikirim melalui jalur laut ke Pelabuhan Ahmad Yani di Ternate. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan terbesar di Provinsi Maluku Utara. Sehingga untuk mengirim barang ke wilayah lainnya haruslah ke Ternate terlebih dahulu.

Maka terbayanglah bahwa di kabupaten/kota lain di Maluku Utara, harga-harga menjadi lebih tinggi dibanding di Ternate. Oleh karena itu, orang lebih senang tinggal di Ternate dibanding wilayah lainnya di Maluku Utara. 

Karena itu pula, Sofifi merupakan Ibukota Provinsi paling sepi yang pernah saya jumpai di Indonesia. Bayangkan saja, kantor pemerintah provinsi terletak di Sofifi, sedangkan pegawainya 98% tinggal di Ternate. 

Dari Ternate ke pelabuhan di Sofifi butuh biaya sebesar 50 ribu sekali jalan, dari pelabuhan kita harus mengeluarkan uang 10 ribu rupiah agar sampai ke kantor. Sehingga rata-rata biaya transportasi pegawai pemerintah provinsi sebesar 100 ribu. Untunglah mereka ada tunjangan transportasi, walau sering telat cairnya. Lalu kenapa pegawainya tidak tinggal di Sofifi ya? Ya karena di Sofifi pelayanannya tidak selengkap di Ternate.
Gambar: Alur penyebrangan Ternate ke Sofifi

 Ada yang berniat tinggal Ternate? 

Sampai di Jakarta, saya bertanya dengan seorang planner senior, mengapa Ibukota Sofifi begitu sepi. Lalu beliau bilang, bahwa para investor tidak berani mengambil resiko untuk membangun infrastruktur yang menarik perhatian di Kota Sofifi. Sehingga masyarakat tidak juga berani membangun industri skala kecil disana, jangankan industri, untuk tempat tinggal saja orang ternate tidak suka pindah ke Sofifi. ya bisa jadi karena fasilitas belum memadai. 

Oleh karena itu, untuk membangun sofifi dan meramaikan tentu saja butuh puluhan tahun, saat ini seolah-olah seperti memaksakan Ibukota pindah ke Sofifi, padahal penduduknya tetap memilih tinggal di Ternate. Pekerjaan terkait pemerintahan di sana menjadi tidak efektif, dan tentunya anggaran pemerintah memerlukan biaya besar karena harus memberi tunjangan transportasi ke pegawainya.

Seperti halnya, "ada gula, ada semut"...  Salah satu alasan mengapa Kota Ternate paling ramai dibanding wilayah lain di Maluku Utara. Mungkin saat ini wilayah lain belum bisa menjanjikan penghasilan yang tinggi, bahkan ibukota provinsinya pun seperti kota mati...

Minggu, 06 September 2015

Ojek Online, Ilegalkah?

Online. Online itulah kenyataan pada zaman sekarang. Pada zaman teknologi canggih seperti ini online sudah menjadi rutinitas hidup. Bahkan sudah menjadi sebuah kebutuhan. Sekarang jikalau disuruh memilih lebih baik ketinggalan telepon genggam atau dompet, pastilah menjadi pilihan sulit. Iya, pada era teknologi banyak hal yang dapat dilakukan hanya dengan genggaman tangan, ya jelas melalui telepon pintar atau gadget masing-masing. Bahkan yang sedang up to date adalah fenomena ojek online. Ojek memang sudah menjadi bagian dari Kota Jakarta. Saat butuh kecepatan dan terjebak dalam kemacetan, ojeklah yang dipilih sebagai solusi.

Ya, gojek begitulah sebutannya. Berkeliaran tak mengenal waktu dari pagi, siang, sore, malam. Sebenarnya gojek sudah ada sejak tahun 2011, saat itu seorang anak negeri lulusan Universitas Harvard mendirikannya sebuah perusahaan transportasi. Namun, pada saat itu gojek belum begitu dikenal. Menurutnya, pemesannya atau penggunanya pun hanya terbatas kalangan sendiri tidak begitu banyak. Pada era tersebut, gojek menggunakan sistem call center, jika mau memesannya. Memang agak sedikit ribet dan tidak efisien. Pada tahun 2015 inilah gojek disempurnakan, melalui aplikasi bisa digunakan melalui telepon pintar masing-masing orang. Ya dengan berkembangnya teknologi perusahaan ini pun juga mengikutinya. Kini tak perlu ke pangkalan atau melalui call center untuk memesan gojek, hanya dengan memencet aplikasinya gojek pun tiba. Tak perlu waktu lama.  Dengan promo menarik, akhirnya gojek pun dapat tempat di hati para konsumen.



Namun, bukan cuma pengguna gojek saja yang ramai. Orang yang mau menjadi driver gojek pun juga ramai peminat.  Ternyata penghasilan menjadi pengemudi gojeklah yang menarik minat banyak orang. Berita mengenai penghasilan fantastis menjadi pengemudi gojek tersebar melalui mulut ke mulut. Tak hanya itu beberapa media online pun ramai memberitakan penghasilan fantastis ketika menjadi pengemudi gojek. Namun, benarkah yang selama ini diberitakan media tentang penghasilan yang fantastis. Atau ini hanya akal akalan pihak gojek untuk propaganda perusahaannya. Karina, salah seorang driver gojek wanita sudah membuktikannya sendiri “kata orang banyak banget berita kalau penghasilan gojek itu gede.  Saya sih pribadi selama jadi driver gojek ngebuktiin sendiri bisa lebih cepet dibanding kerja kantoranlah.  Jadi sistem pembagian penghasilannya delapan puluh dua puluh. Delapan puluh untuk driver, dua puluh untuk perusahaan.” Para pengguna juga terbantu dengan adanya gojek ini, beberapa berpendat gojek aman dan nyaman.

Gojek mengklaim, pihaknya membuka lapangan pekerja baru. Selain itu, juga mengklaim meningkatkan taraf kehidupan tukang ojek. Tapi, apa buktinya? Driver gojek bukanlah yang tadinya tukang ojek. Hanya sebagian saja. Sebagian lagi karyawan sebuah perusahaan. Bahkan ada seorang manajer sebuah restoran yang masih menjabat. Lantas, inilah yang rawan menimbulkan konflik. Seolah gojek mengintimidasi ojek yang sebelumnya sudah ada. Ojek pangkalan menganggap gojek merebut pangsa pasar. Apalagi gojek mematok harga yang jauh di bawah harga pasar. Inilah yang menimbulkan persaingan tidak sehat. Akhirnya di beberapa tempat ada penolakan terhadap ojek online.



Sayangnya dibalik itu semua ada sedikit yang terabaikan. Entah benar, atau tidak gojek illegal? Saat ini, pemerintah belum punya regulasi yang jelas tentang keberadan gojek. Bahkan beberapa stakeholder terkait menganggap keberadaan gojek sebagai angkutan penumpang melanggar undang undang, menurut Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan, gojek melanggar undang undang nomer 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Menurutnya, dalam undang undang tersebut tertulis, kendaraan roda dua bukanlah angkutan umum. Lantas bagaimana dengan ojek konvensional yang sudah ada sejak dulu keberadaannya?!  Jadi tak hanya ojek online yang harus dibuat regulasinya oleh pemerintah ojek konvensional juga. Selama pemerintah tidak membuat regulasi tentang motor sebagai sarana angkutan umum.

Ojek online dan ojek konvensional ILEGAL. Kalau tidak dibuat regulasinya bisa anda bayangkan betapa banyak ojek online akan bermunculan. Saat ini memang baru 2 operator ojek online, yaitu gojek dan grabike. Tapi tidak menutup kemungkinan akan bertambah melihat pangsa pasar yang masih terbuka. Lantas, apa jadinya misalnya ada 10 operator ojek online di Jakarta, katakanlah tiap operator mempunyai sepuluh ribu armada motor. Terbayangkan sudah seperti apa Jakarta
jadinya (Leonardus Kelvin)

Selasa, 01 September 2015

Mental Maps

Siapa sih yang sekarang tidak mengenal GPS? Tiap orang yang memiliki smartphone pasti punya fitur GPS di HPnya. Udah ga perlu nanya orang lagi donk ya karena tempatnya udah ada GPS di hapenya. Ada juga aplikasi di Whatsapp yang tinggal send location ke orang yang akan ditemui. Ikutin jalan yang ada di GPS pada handheld atau handphone dan taraaaa sampailah pada lokasi yang dituju. Lalu bagaimana jika di GPS tiba-tiba jalan keputus dan tidak ada jalan? Padahal realnya ada? gak ada orang yang ditanya? dan kesasarlah basa kerennya. Bingung kan, hehehehehe :D

Saya sendiri masih agak geli ketika membaca berita di Okenews yang mobil masuk jurang gara-gara ngeliatin jalan di GPS. Entah orangnya terlalu ngeliatin GPS sehingga jalannya lupa diliatin atau memang  dia ngikutin jalan di GPS tapi ternyata depan adalah jurang saya tidak tahu. Yang jelas, bagi penilaian subjektifitas saya sendiri banyak orang (meski gak semuanya) sudah salah kaprah dalam menggunakan fitur GPS di hp. Menganggap GPS itu bak dewa yang tau segala jalan sehingga perlu diikuti terus. Apalagi yang namanya routing, (di handheld ada aplikasi yang menunjukkan harus lewat jalan mana saja ketika menuju suatu tempat) GPS pasti akan mencari yang namanya jaringan jalan terdekat. Gak peduli disitu jalan menyempit, jalan searah atau tidak, bahkan pengalaman saya dulu tegalan di tengah sawah terpampang dengan jelas di GPS itu jalan. Akhirnya saya muter lagi sampai ketemu orang dan nanya orang baru deh jalannya bener.

Sebenarnya tipe GPS ada banyak cuman disini saya hanya akan membahas yang ada di hape. Hal yang sangat saya camkan dikepala saya ketika memulai menggunakan gps,

1. Jangan Pernah Percaya Gadget
Gadget itu hanya sebuah alat. Untuk dikota-kota besar, GPS di gadget masih sangat bisa diandalkan. Jika sudah masuk daerah terpencil, jangan pernah sekali-kali percaya yang namanya GPS. Karena google maps yang ada di android, itu hanya interpretasi gambar dari satelit. Seperti cerita saya diatas ada yang tegalan di sawah digambar sebagai jalan di maps di GPS. Jadi, jangan pernah percaya 100% pada alat.

2. Selalu orientasi dimana anda berdiri
Ketika menggunakan maps di android, jika terlihat di gambar ada sebuah jembatan beberapa ratus meter sebelum dilewati usahakan lihat di realnya apakah ada jembatan disitu. Atau bisa juga bangunan sekolah kalau memang tergambar di maps, atau apapun yang tergambar. Usahakan anda selalu tahu dan mengenali ada apa dan bagaimana tempat anda berdiri.

3. Usahakan selalu bertanya pada orang lokal jika ragu
Nah ini yang sering dilupakan orang. Bukankah ada peribahasa "malu bertanya sesat dijalan?". Orang lokal lebih mengerti jalan yang mereka lalui dibanding GPS. Maka, silahkan camkan itu dikepala masing-masing.

Bagi saya dan teman-teman di Geografi, GPS hanya sebuah tools untuk memudahkan sebuah perjalanan. Bukan mutlak sebagai penunjuk arah dan harus terus dianut. Ada istilah di antara kami yang namanya mental maps. Ketika kami ragu dengan tools yang digunakan, kami akan orientasi dimana kami berdiri sekarang. Ada apa di kanan kiri, depan belakang, arah mata angin, bahkan bertanya pada orang pun akan kami lakukan untuk mengetahui dimana dan apa saja ditempat kami berdiri. Dan salah satu dari kami ada yang kesasar, pasti akan jadi bahan bully dan ceng-cengan karena memang sejak pertama kali kami kuliah mental maps harus sudah dipelajari disini. Sekian sampai ketemu di tulisan berikutnya (Adipta Widha)

Selasa, 25 Agustus 2015

Peran Geologi dalam Sistem Hidrokarbon dan Tantangan Migas Indonesia

Ini adalah paper sederhana dari Andipa Damatra, mahasiswa S2 jurusan Petroleum Geology Universitas Gajahmada Yogyakarta. Berdasarkan data-data yang dipaparkannya lewat paper sederhana ini maka di Indonesia masih sangat memiliki potensi migas yang besar. Dari 66 cekungan sedimen hanya sekitar 18 cekungan yang berproduksi hal ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah maupun investor untuk menggali potensi migas di Indonesia. Diperkirakan cadangan migas di Indonesia sekitar 222 milyar barel.


Berikut abstrak dan link untuk mendownload:

ABSTRAK

Minyak dan gas bumi di Indonesia merupakan sumber daya yang memiliki peranan penting. Lebih dari 50% energi yang digunakan di Indonesia berasal minyak dan gas bumi. Namun disisi lain sumberdaya ini merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui yang akan abis sewaktu-waktu karena pembentukannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Untuk itu dibutuhkan pengendalian yang baik dan bertanggung jawab oleh seluruh komponen di Indonesia. “Pengendalian migas di Indonesia tidak hanya tergantung pada kondisi politik, sosial, dan ekonomi namun yang paling penting adalah kondisi geologi” (Satyana, 2013). Pada tulisan ini dibahas secara umum peranan geologi dalam sistem hidrokarbon di Indonesia, potensi migas, dan tantangan migas di Indonesia. 

Download paper PDFnya DISINI

Tamatnya Kampung Pulo

Pemerintah Provinsi Jakarta nampaknya serius ingin membenahi masalah ibu kota. Masalah yang lama ingin dibenahi adalah banjir. Iya banjir. Kalau berbicara banjir di jakarta pastilah tidak lain tidak bukan akan menuju ke sebuah daerah di Jakarta Timur. Kampung Pulo. Iya Kampung Pulo. Kampung Pulo adalah permukiman yang letaknya persis di sepadan ciliwung. Jumlahnya bukan main. Menurut, Ika Lestari Aji, Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemprov DKI Jakarta, ada 520 kepala keluarga di Kampung Pulo. Tentunya mereka tinggal jauh hari sebelum jakarta ada semenjak zaman kolonial. Jika dilihat dari sejarah, sejak zaman itu sungailah menjadi pusat. Semua kegiatan dilakukan di sungai. Mulai dari perdagangan sampai kegiatan rumah tangga. Tak hanya Jakarta, tapi jauh sebelum jakarta peradaban di Mesir, pun perkembangannya berawal dari pinggir Sungai Nil. Begitu pula di asia bagian selatan contohnya di India, lagi lagi sungai mempunyai peranan penting dalam terbentuknya permukiman yang akan menjadi sebuah kota. Kota-kota disana tumbuh di lembah Sungai Indus.

Selain faktor di atas, juga faktor jakarta menjadi metropolitan bahkan megapolitan inilah juga menarik orang untuk melakukan urbanisasi. Perkembangan Kota Jakarta tak terarah. Jakarta menjadi pusat segalanya bagi Indonesia, pusat ekonomi, pusat bisnis, dan pusat pemerintahan. Semua daya tarik jakarta yang megah dan menawan serta janji dan cerita sukses dari jakarta membuat tak sedikit orang ingin datang ke jakarta. Yang menjadi masalah adalah ketika seseorang tak mampu membeli atau membayar sewa untuk tinggal di kota. Sesuai dengan teori sewa tanah Von Thunnen yang mengatakan bahwa harga tanah di pusat kota jauh lebih mahal. Itulah akhirnya tanah kosong yang milik negara pun ikut disikat. Sebenarnya Belanda pun membangun Kanal Banjir Barat pasti mempunyai tujuan sendiri. Utamanya, untuk jalan air dari hulu ke hilir. Dari Bogor menuju Laut Jawa. Satu per satu hari demi hari tahun demi tahun berlalu, sampai terbentuklah seperti sekarang, Kampung Pulo dengan 520 kepala keluarga.



Siapa yang salah dengan adanya Kampung Pulo? Tentu kita tak harus mencari-cari masalah dalam masalah. Memang seperti yang dijelaskan di atas tadi, sungai memang menjadi pusat peradaban dan berkembangnya permukiman yang akan menjadi sebuah kota. Sekarang tinggal faktor persuasif dan psikologis orang yang tinggal dengan rumah horizontal ganti dengan vertical. Misalnya saja, faktor kedekatan dengan daerah asalnya. Pemerintah pun berfikir keras dan tau akan hal itu. Pemerintah sengaja memilih lokasi yang tak terlalu jauh dengan Kampung Pulo untuk membangun rusun, yang nanti akan menjadi relokasi bagi warga Kampung Pulo. Hanya berjarak kurang lebih 500 meter. Tentunya itu tak menyelesaikan masalah. Masalah yang paling utama adalah kebiasaan. Inilah yang tak mudah mengubah kebiasaan seseorang. Sebaiknya dalam 1-2 tahun ke depan pemerintah menyediakan dan membentuk semacam satgas pendamping untuk warga yang baru pindah di rusun. Dengan pindahnya seluruh warga Kampung Pulo ke rusun jatinegara, bisa dikatakan riwayatnya telah tamat. Di tahun kedepan takkan adalagi cerita Kampung Pulo kebanjiran. Tetapi lantas tak berarti tugas pemerintah selesai dalam menanganin banjir, masih banyak kampung lain dan masih ada tugas lain dalam mengatasi banjir. Yang terpenting adalah nantinya sepadan sungai yang sudah bersih dari penduduk jangan sampai menjadi permukiman lagi. Dan pengawasan serta perawatan rusun-rusun yang menjadi tempat relokasi. Buat warga menjadi kerasan dan betah sehingga lupa akan kebiasaan lamanya (Leonardus Kelvin)

Sabtu, 22 Agustus 2015

Bandung: Catatan Dari Bukit

Jepretan kota Bandung setahun yang lalu dari atas bukit Dago Pakar saat adik masih kuliah disana. Sekarang dia sudah hijrah ke Semarang dan saya pun jadi minim jalan-jalan ke kota ini lagi. Masih membekas di ingatan kaki yang pegal menggelandang ke Pasar Baru hanya dengan tujuan membuat custom jeans, ikut jaga malam di RS Hasan Sadikin, Makan soto di Ganeca ditemani hujan deras dan angin dingin, juga ngobrol di emperan Unpad atau sekedar minum yoghurt gerobakan di emperan parkir ITB. Pernah pula nyamar kuliah sebagai mahasiswa Unisba sampai hampir ketahuan dosennya.



Barangkali kenangan itu semacam kepulan asap bohem mojito dini hari yang akhirnya melesat ke udara di atas kursi kayu sambil menunggu matahari terbit dari atas bukit ini. Seperti di Tegal, Bandung mencapai puncak indahnya saat malam hari (Budi Mulyawan)

China dan Akuisisi

The world is flat kata Friedman, negara tanpa batas telah terjadi semenjak era pemborongan modal. Siapa yang kuat modalnya dia yang bertahan dan siap melakukan akuisisi. Dalam hal ini China adalah negara paling cerdik dengan akuisisinya sampai perusahaan kelas besar Jepang seperti Sony, Panasonic, Sharp nyaris wassalam ditengah perang persaingan produk informasi dan teknologi (dengan istilah The Death Samurai) karena budaya perusahaan mereka yang didominasi "kaum tua" yang sukar berinovasi.

Di benua Amerika mereka membuat geger lewat Lenovo, salah satu perusahaan IT china memakan saham IBM Amerika sebagai alat dalam aliansi raksaksa IT dunia yang membuat nama Lenovo berkibar. Mereka hampir saja memakan Blackberry kalau saja pemerintah Canada tidak mencegah pembelian saham oleh Lenovo karena faktor keamanan. Google juga telah menjual Motorolla ke Lenovo. Tidak tanggung-tanggung, pabrik jet Goldman Sachs juga terkena akuisisi mereka. Hummer, mobil yang dibanggakan USA nyaris menjadi milik China. Transaksi ini batal karena pemerintah Amerika tidak rela saham hummer berpindah tangan, mereka sampai melikuidasi brand mobil ini. Eropa juga mereka tidak ketinggalan mereka goncangkan. Info terbaru yang saya dengar mobil legendaris Itali De Tomaso dibeli sahamnya dibawah harga standar oleh china juga ban Pirelli Italia sudah mereka borong sahamnya. Dan baru tahu juga saham volvo sekarang dibeli dari Ford oleh Geely, perusahaan mobil China. Di London, ada tower building legendaris yang sudah dibeli oleh perusahaan Asuransi dari China.

John Holland, perusahaan asal Australia beberapa tahun kebelakang diborong sahamnya oleh CCCC (China Communications Contruction Company) karena kesulitan permodalan sekalian pula saham peternakan sapi-sapi disana. Ampli gitar favorit kami seperti Orange dan Hughes Kettner sepertinya jangan harap langsung produksi dari Inggris atau Jerman karena pabriknya sudah dihandle china. Eropa, Amerika tidak lama lagi akan benar-benar runtuh karena kunci hidup dari China adalah selalu bersedia membuat replika/antitesis suatu produk tidak seperti benua lain yang mengandalkan pencitraan kualitas belaka. Dalam proses akuisisi mereka siap tempur tak kenal menyerah. Pada awal replika mereka ditertawakan dan sekarang mereka balik menertawakan dunia. China yang komunis kini sangat menikmati menjadi liberal (Budi Mulyawan)